"Otsus Plus Bukan Tapi Otsus Minus, makanya Hasilnya Minus, bukan? Itu yang sudah kami bilang beberapa bulan lalu saat Gubernur Papua
dan Ketua DPRP berbicara tentang Otsus Plus bukan? Makanya anak-anak
harus belajar sedikit dengar orang tua, walaupun tidak sekolah, punya
hatinurani dan punya bisikan Roh. Kalau mau tutup telinga, yang tabrak
temobk!,"
demikian kata Gen.
TRWP Mathias Wenda menanggapi ucapan Minta Maaf dari Gubernur Provinsi
Papua karena kegagalan Otsus Plus masuk ke Badan Legislasi Nasional kolonial R.I. di Jakarta.
Dalam pesan yang dikirimkan ke
PMNews menyebutkan Gubernur
Papua Lukas Enembe, Ketua DPRP Yunus Wonda dan Ketua MRP Murib harus catattiga hal berikut:
Pertama, mereka harus tahu diri bahwa
Papua Merdeka ditentukan oleh orang
Papua,
yaitu orang Sanak-Saudara sedarah-daging Anda sendiri, berdasarkan
nyawa dan pengorbanan hartabenda yang sudah lama terjadi di tangan
penjajah. Jadi dengan Otsus Plus Anda semua memperpanjang penderitaan
suku-bangsa, keluarga Anda sendiri. Maka dengan demikian Anda tidak tahu
diri, dan harus merasa malu, bukan hanya meminta maaf, atas jawaban
Presiden Kolonial Joko Widodo.
Kedua, kalau meminta sesuatu kepada
penguasa kolonial, jangan berpikir satu kali, tetapi berpikirlah tiga
sampai seribu kali. Dan setelah itu, tempatkanlah diri Anda sebagai
bangsa jajahan, dari tanah pendudukan. Jangan paksa diri menjadi anak
emas di tangah Penjajah. Nanti bisa kena seerangan jantung mendadak
nyawa lenyap kalau ternyata Anda dianak-tirikan, kalau harapan yang
tinggi menjadi tidak dapat tercapai, dan kalau harapan itu ditolak.
Sadarilah, sebagai bangsa Jajajah dari tanah pendudukan, Anda tidak
punya hak yang sama dengan bangsa Nangroe Aceh Darussalam, tidak sama
dengan bangsa Bugis Makassar, bangsa Jawa dan lainnya. Anda bangsa
terjajah, dari tanah pendudukan. Itu harus dicamkan dan dicatat di dahi,
dengan tinta darah saudara dan sanak-keluarga Anda sendiri.
Ketiga, tindakan Minta Dialogue karena Draft UU
Otsus Plus ditolak ialah perbuatan banci dan tidak bertanggung-jawab,
bertentangan dengan sikap awal mendukung pendudukan NKRI di tanah
Papua.
Dengan demikian kalian bertiga sebagai anak pedalaman yang baru datang
ke kota belajar berpolitik dan memimpin harus sadar diri bahwa Indonesia
ialah penguasa dan penjajah, bukan negara dan pemerintah Anda.
Sikap orang Papua
minta dua piring nasi dan kalau tidak dikasih minta merdeka itu politik
panas-panas tahi ayam, politik kampungan, politik sangat sederhana,
politik Kepala Suku yang dulu saya, Mathias Wenda
praktekkan sebelum saya sekolah politik dan militer di Rimba Raya New
Guinea. Saya sekarang sudah lulus dari Sekolah dan Pendidikan politik
dan militer, dan sekarang saya tahu persis bahwa politik seperti yang
kalian tiga mainkan saat ini sangat tidak bijak dan memalukan. Jangan
jadikan "Papua Merdeka" sebagai bargaining politik demi perut dan jabatan Anda, demi program pembangunan 5 tahun yang sangat terbatas.
Lanjut Gen. Wenda,
Saya sudah bilang dalam beberapa bulan lalu, Lukas Enembe
dan adik-adiknya ini harus berhentii bicara Otsus Plus, karena Jakarta
tidak akan dengar. Ternyata sekarang dia tabrak tembok to, itu tobat.
Tidak denar orang tua bicara.
Lanjutnya lagi,
Lukas
Enembe dan adik-adik ini ada lihat dengan mata-kepala atau tidak.
Banyak sanak-keluarga mereka ditembak mati tiap hari di gunung-hutan
sana. Itu keluarga bangsa siapa? Kenapa kalian sibuk urus uang dan Otsus
Plus trus? Kenapa kalian tidak pernah sedikit satu menit saja pikir
tentang perjuangan
Papua Merdeka? Kenapa kalian sudah tua dan berpendidikan tetapi tidak tahu main politik?